Pahlawan Hidupku (Cerpen Mading edisi Hari Pahlawan)

Judul                            : Pahlawan Hidupku

Karya                           : Aulia Az Zahra

Kelas Sekolah              : Kelas 10 IPA 1, MAN 3 Bantul

Kelas Madrasah           : Awaliyyah 4

Alamat                         : Temon, Kulon Progo

 

Pahlawan Hidupku

         Suatu ketika, saat langit memerah, seorang anak laki-laki dan ayahnya sedang duduk di teras rumah. Seorang ayah yang sedang mengusap keringat yang menetes, dengan badan yang terbungkuk, dan batuk-batuk. Tak sengaja anak tersebut melontarkan pertanyaan untuk ayahnya.

“Kenapa ayah sudah mulai membungkuk, sakit-sakitan, dan mulai keriput ? bahkan sekarang ayah sering batuk-batuk.”

Ayahpun menjawab, “karena ayah seorang laki-laki.”

Mendengar jawaban ayahnya, anak itu ternganga, tak faham dengan jawaban ayahnya.

        Suara adzan maghrib terdengar, keluarga anak tersebut segera bersiap-siap untuk sholat. Setelah sholat selesai, mereka makan bersama dengan makanan seadanya. Anak tersebut masih terus kepikiran dengan jawaban ayahnya. Ia belum tau apa maksud jawaban ayahya. Akhirnya anak itu menanyakan kembali kepada ibunya. “Ibu, mengapa ayah sekarang sering sakit-sakitan dan mulai keriput seperti itu ?”

Ibu menoleh kearah ayah yang sedang memijit kakinya. Ibu menjawab, “karena ayahmu adalah seorang laki-laki, nak.” Jawaban yang sama dengan ayah. Anak itu sangat kebingungan, apa maksud jawaban orang tuanya.

         Anak tersebut membuka jendela kamarnya, termenung sambi memandangi langit yang penuh dengan kelap-kelip bintang. Ia berfikir bahwa ayahnya bekerja seharian namun, ayahnya tidak pernah sekalipun mengeluh, putus asa ataupun merasa lelah. Dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari keluar dari rumah untuk bekerja keras demi keluarganya.

           Malam mulai larut, ibu membuka pintu kamar anak itu, dan melihat anaknya sedang termenung. Ibu menghampirinya dan bertanya “nak kamu mengapa melamun? Apa yang sedang kamu fikirkan? Kamu ada masalah?.” Anak tersebut kaget dan menoleh belakang lalu menjawab ibunya “tidak ibu, aku tidak ada masalah, aku hanya memikirkan apa maksud jawaban ayah dan ibu.” Ibu menjawabnya kembali “sudahlah nak, kelak kamu juga akan tahu, dan kamu kan juga anak laki-laki jadilah laki-laki seperti ayahmu yang selalu bekerja keras.”

        Anak itupun mengangguk dan bergegas menutup jendela dan mematikan lampunya lalu tidur. Saat anak itu tidur, ia bermimpi. Ia berada di sebuah taman yang begitu sejuk. Kemudian ia dihampiri oleh seorang yang tak dikenalinya menggunakan baju putih, dan mengantakan bahwa ayahnya adalah seorang pahlawan dalam hidupnya. Seorang ayah yang selalu berjuang tanpa mengenal lelah letih. Rasa lelah yang sebenarnya terasa olehnya, hanya dipendam. Rasa sakit yang ia rasakan, ia abaikan begitu saja. Panas yang begitu menyengat, hujan yang begitu deras, angin yang begitu kencang ia terjang demi uang untuk keluarga.

      Ayah memang sangat sibuk, hingga lupa denganmu, jarang sekali memperhatikanmu, ayah sangat cuek dengan keseharianmu, namun sebenarnya ayah sangat menyayangimu. Hari-hari nya dipenuhi dengan perjuangan, rela meninggalkan segalanya, meninggalkan rumah untuk mencari nafkah. Ayahmu adalah sosok yang begitu besar jasanya, ayah yang memenuhi tanggung jawabnya. Jangan pernah kecewakan ayahmu, hargailah perjuangan ayahmu. Jadilah laki-laki seperti ayahmu. Tiba-tiba orang yang tak dikenalnya menghilang begitu saja. Dan ia terbangun dari tidurnya.

            Anak itu langsung lari dan menghampiri ayahnya yang telah selesai sholat tahajjud. Anak itu memeluk ayahnya sangat erat, dengan air mata yang terus membasahi pipinya anak itu berkata

“ayah maafkan aku, aku belum bisa membahagiakan ayah,hanya bisa merepotkan ayah. Ayah aku berjanji suatu saat nanti aku akan membahagiakan ayah dengan kesuksesanku, aku tak mau ayah terus bekerja keras dan sakit sakitan. Aku tak akan pernah lupakan perjuangan ayah, dan aku tak akan mengecewakan ayah. Aku akan terus berjuang dan berdoa agar aku bisa menggapai cita-cita mulia. Aka ingin menjadi laki-laki seperti ayah, laki-laki yang penuh tanggung jawab. Terimakasih ayah sungguh besar jasa-jasamu.”

Ayah terharu dengan apa yang diucapkan anaknya. Sejak hari itu, anak laki-laki berjuang berusaha keras, dengan semangat yang tinggi, untuk menggapai cita-cita mulianya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *